Social Icons

Pages

Minggu, 04 November 2012

CONTOH MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

CONTOH MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


PERTUMBUHAN FISIK
DAN PERKEMBANGAN INTELEK PESERTA DIDIK REMAJA


M A K A L A H


Diajukan sebagai  tugas kelompok
Mata Kuliah   : Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu    : Prof. Dr. Hj. Mintarsih Danumiharja, M.Pd.








 Kelompok I

1.   mbah     NPM. 14106310036
2.  rererere   NPM. 14106310030
3.     mmmmmrmrm    NPM. 14106310028

Konsentrasi  PAI   Kelas  A   ( Beasiswa )




PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
 SYEKH NURJATI
CIREBON  2011

                                                                 
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................  

A.    PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang masalah .........................................................................  
2.     Definisi pertumbuhan, Perkembangan, Intelek dan Remaja ..................

B.    PEMBAHASAN
PERTUMBUHAN FISIK DAN PERKEMBANGAN INTELEK
PESERTA DIDIK REMAJA

1.     Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Remaja ............................................
a.      Pengertian Pertumbuhan Fisik ........................................................
b.     Ciri-ciri umum Masa remaja ...........................................................
c.      Proses Masa Remaja .......................................................................


2.     Perkembangan Intelek Peserta Didik Remaja .....................................
a.      Tahapan-tahapan perkembangan Intelek  Remaja ........................

3.     Perkembangan bahasa Peserta Didik Remaja .....................................


C.    KESIMPULAN ........................................................................................

D.    DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................    









PERTUMBUHAN FISIK
DAN PERKEMBANGAN INTELEK PESERTA DIDIK REMAJA

PRA WACANA
Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan salah satunya terhadap usia rentan yakni masa remaja.[1] Remaja merupakan masa peralihan dari kanak – kanak menuju dewasa, banyak perubahan yang akan dialami seorang peserta didik pada masa ini yang menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif.
Peranan keluarga dalam pembinaan generasi muda cukup dominan. Pembentukan perilaku  positif yang harus dimiliki oleh seorang warga negara yang baik, bermula dari keluarga. Djamaludin Ancok (1995) yang dikutif dari buku Hendriati Agustiani menyatakan bahwa pada saat ini pembinaan terhadap kaum remaja belum menemukan format yang maksimal, maraknya tawuran, dan berbagai kenakalan remaja lainnya dianggap sebagai akibat dari proses keterasingan dari kehidupan yang wajar. Salah satu akibatnya remaja dapat terasing dari kasih sayang dan perhatian orang tua.[2]  Umumnya orang tua dalam mendampingi anak mereka yang tengah menginjak masa remaja, penuh dengan perasaan was-was.
Pertumbuhan pada setiap individu manusia berlangsung terus menerus dan tidak dapat diulang kembali. Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan fisik baik bersifat struktural maupun fungsinya, yang berbeda antara remaja laki- laki dan remaja perempuan. Gejala-gejala perubahan fisik remaja, mulai nampak ketika anak mulai memasuki masa awal remaja sebagai bagian pertama dalam masa remaja secara keseluruhan. Perubahan fisik pada remaja hampir selalu disertai dengan perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku.[3]
Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran.
Ada siswa yang tingkah lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
Perbedaan individu dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.Perkembangan intelektual sebenarnya diperngaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri.
1.     Definisi pertumbuhan, Perkembangan, Intelek dan Remaja
a.     Definisi Pertumbuhan (growth)
Pertumbuhan (growth) merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. menurut A.E. Sinolungan (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.[4]
Istilah “Pertumbuhan” cenderung menunjuk pada kemajuan fisika atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya.
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang, dan prosesnya terjadi sejak anak sebelum lahir hingga ia dewasa. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolisme dalam tubuh.[5]

b.     Definisi perkembangan (Development)
Mengutif dari pendapat Reni Akbar Hawadi (2001), perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru, dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.[6]
Jadi, perkembangan itu tidak berhenti pada satu titik namun belajar sepanjang hayat.
c.      Definisi Intelek
Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris intellect yang menurut Chaplin (1981) diartikan sebagai : (1) Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, menilai,mempertimbangkan; (2) Kemampuan mental atau intelegensi. Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir.
Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat,serta mampu bertindak cepat.
Istilah inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin intelligere yang berarti menghubungan atau menyatukan sama lain (Bimo Waalgito, 1981).
Menurut William Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi, menyatakan inteligensi adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan pikiran guna dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru (Kartini Kartono, 1984).
Sedangkan Leis Hedison Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak (Patty F, 1981). Di sini Terman membedakan antara concrete ability yaitu kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat konkret, dengan kemampuan yang bersifat abstrak abstract ability. Orang dikatakan inteligen, menurut Terman, jika orang tersebut mampu berpikir abstrak dengan baik.[7]
Menurut Wechler merumuskaan intelektual/intelligensi sebagai "keseluruhan ke-mampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi/intelektual bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual”.[8]
Berdasarkan beberapa pendapat para pakar, maka dapat disarikan  secara sederhana bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
d.     Definisi Remaja
Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia = remaja),yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa.[9]
Dalam berbagai buku psikologi terdapat perbedaan pendapat tentang remaja, namun pada intinya mempunyai pengertian yang hampir sama. Istilah yang digunakan untuk menyebutkan masa peralihan masa kanak-kanak dengan dewasa, ada yang menggunakan istilah puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertasi (Latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian dan keperempuanan. Ada pula yang menyebutkan istilah adulescento (Latin) yaitu masa muda. Istilah pubercense yang berasal dari kat pubis yang dimaksud pubishair adalah mulai tumbuhnya rambut disekitar kemaluan.
Istilah yang digunakan di Indonesia para ahli psikologi juga bermacam-macam pendapat tentang definisi remaja.
Disini dapat diajukan batasan remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak dengan dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Menurut Sartilo (1991), tidak ada profile remaja di Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagi suku, adat dan tingkat sosial-ekonomi, maupun pendidikan.
Sebagai pedoman umum remaja di Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun.[10]







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DEMI KESUKSESAN,,,,,!!!!

 

Sample text

Senyuman merupakan hal kecil yang dapat membuat hidup ini menjadi lebih mudah
“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya”

Sample Text

Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan.

Sample Text

MAS BROOOOWWW
Jangan terpaku dengan asumsi dan persepsi sendiri, karena bisa salah. Cobalah mulai membuka pikiran Kita terhadap pikiran orang lain, tentu saja dengan filter nilai-nilai yang Kita anut.