Social Icons

Pages

Minggu, 28 Oktober 2012

Pandangan Islam Terhadap Wanita (Muslimah Dan Emansipasi Part 2)

Sahabat, bagaimana kabarmu? Apakah engkau telah setuju denganku bahwa kau sebenarnya tidak lagi membutuhkan emansipasi yang dikoar – koarkan oleh orang barat saat kau telah merengkuh hidayah islam. Saat kau merasa mulia karena Allah adalah Tuhanmu. Saat kau merasa bangga karena Muhammad SAW adalah nabimu?
Sahabat, aku sudah menjelaskan kepadamu bagimana islam sangat memuliakan kita. Dan dalam artikel sebelumnya pun dengan semangat menggelora aku sudah berusaha menepis syubhat bahwa islam agama kaum laki – laki. Yah, tentunya sebatas kemampuanku sebagai seorang remaja muslimah yang masih merangkak dewasa.
Meskipun mereka menganggapku anak kecil yang sedang mengeak-ngeak, tetapi aku yakin Allah mendengarku. Setidaknya meskipun pembelaaanku atas islam hanya seperti seekor semut mungil yang sedang berteriak – teriak di tengah – tengah kerumunan manusia yang sibuk, aku sudah cukup senang. Demi tegaknya Kalimat Allah yang tinggi, islam, aku akan berjuang. Meskipun futur juga sering melandaku, sih. Tetapi, aku tahu, Allah menyayangiku dan menyayangimu. ^_^
Wanita dalam Paradigma
Sobat tahu tidak, jika kita membaca beberapa kitab suci agama – agama non-islam, kita akan melihat bahwa pandangan mereka terhadap hawa sangatlah buruk. Mereka memandang wanita bukan dari golongan manusia. Hawa diposisikan lebih rendah daripada laki – laki. Hawa dianggap sebagai penyebab Adam bermaksiat dan penyebab utama Adam dijatuhkan ke muka bumi. Mereka bilang Adam dijatuhkan ke muka bumi karena bujukan hawa untuk memakan buah dari pohon yang dilarang.
Al-qur’an tidak pernah menyatakan hal tersebut. Al-Qur’an memposisikan laki – laki dan perempuan dalam derajat dan tanggung jawab yang sama. Yuk simak ayat berikut, sobat!
“Setan membisikan (pikiran jahat) kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tersembunyi dari keduanya, yaitu aurat keduanya. Setan berkata “Tuhan tidak melarang kalian berdua dari pohon ini kecuali agar kalian berdua tidak menjadi malaikat dan menjadi kekal” (QS Al – A’rad : 20)
Sobat, ayat diatas justru menjelaskan bahwa iblis memperdaya kedua Nenek dan Kakek kita. Tidak hanya hawa, tetapi keduanya. Ini berarti mereka memiliki tanggung jawab yang dipikul bersama. Ini berarti bukan kesalahan Hawa semata, tetapi kesalahan kedua – duanya. Keduanya memakan buah dari pohon itu sehingga mereka diturunkan ke bumi (karena kedurhakaannya). Dari sini jelaslah sudah bahwa islam tidak memihak pada salah satu umatnya saja, tetapi kedua – duanya. Jadi, anggapan bahwa wanita adalah pembawa bencana tak sepenuhnya benar dan tak sepenuhnya salah. Semua tergantung dari pribadi masing – masing.
Orang barat memandang wanita sebagai sosok yang begitu didewakan. Mereka memuja wanita dengan sangat berlebihan. Mereka memuja wanita sampai pada titik terendah kehinaan. Alih – alih memuliakan mereka, justru wanita adalah objek pemuas nafsu setan mereka.
Bagi mereka, wanita tak lebih dari penyampai hasrat yang terpendam. Mereka membujuk para wanita untuk melepaskan rasa malu sebagai mahkotanya. Selanjutnya merayu mereka untuk tidak mengenal apa itu kesucian. Akhirnya di negara – negara barat wanita yang sudah tak suci lagi adalah hal yang wajar, na’uzubillahiminzalik.
Lain lagi dengan orang timur yang menganggap wanita adalah aib masyarakat. Mereka merendahkan derajatnya. Mengaggap wanita pembawa bencana yang harus dimusnahkan.
Kita tahu, pada masa lampau sebelum kedatangan islam, wanita tidak mengenal kata “hak”. Sejak mereka keluar dari rahim, hingga akhir masa hidupnya, mereka membawa cerita duka. Dalam masa peradaban tinggi sekalipun yang dilakukan oleh kaum laki – laki, wanita tidak lebih sebagai benda mati yang tidak berharga. Tengok saja sejarah bangsa – bangsa besar yang menguasai sebagian besar wilayah bumi, bangsa Yunani, Romawi, Mesir Kuno, dan tak terkecuali bangsa arab.
Hal itu terekam dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 58 dan 59 ” Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang ramai disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia aka memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup – hidup), ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
Sahabat, Islam tidaklah terlalu mendewakan atau merendahkan wanita. Islam justru memuliakan wanita dengan menjaga kehormatannya serta harga dirinya. Nabi Muhammad SAW, mengembalikan kedudukan dan menjadikan wanita sebagai rekan yang memiliki kedudukan yang sama, sejajar, dengan kaum laki – laki dalam hal pahala, siksa dan hak.
Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki – laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”
Selain ayat diatas, banyak kebijakan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengangkat derajat kaum wanita, sebagaiman dalam hadisnya “Yang paling baik di antara manusia adalah yang terbaik sikap dan perilakunya terhadap wanita.”
Setelah kedatangan islam, harkat, derajat dan martabat kaum wanita mulai terangkat dan termuliakan. Diskriminasi yang selama ini menjadi awan kelabu bagi wanita mulai sirna dan memancarkan secercah sinar kejayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DEMI KESUKSESAN,,,,,!!!!

 

Sample text

Senyuman merupakan hal kecil yang dapat membuat hidup ini menjadi lebih mudah
“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya”

Sample Text

Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita ketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan.

Sample Text

MAS BROOOOWWW
Jangan terpaku dengan asumsi dan persepsi sendiri, karena bisa salah. Cobalah mulai membuka pikiran Kita terhadap pikiran orang lain, tentu saja dengan filter nilai-nilai yang Kita anut.